PSIKOLOGI DARI ZAMAN KE ZAMAN

  1. Wilhelm Wundt (1832 – 1920) – The father of psychology.
    Beliau mendirikan laboratorium formal pertama untuk psikologi di University of Leipzig pada tahun 1879.
    Ide utama : menemukan komponen dari “experience atau mind”.
    Metode : introspeksi.
  2. Structuralism – Edward Titchener (1867 – 1923), murid Wilhelm Wundt.
    Ide utama : consciousness dapat dipecah-pecah menjadi elemen-elemen dasar.
    Metode : introspeksi.
  3. Functionalism – William James (1842 – 1910).
    Ide utama : consciousness sangat adaptif karena berperan membantu kita mempertahankan hidup (survive).
    Menurut aliran ini, semua perilaku (behavior) perlu dimaknai sebagai upaya untuk mempertahankan hidup.

    Functionalism lebih tertarik pada “apa yang dapat dilakukan oleh consciousness”, daripada “apa yang menyusun consciousness”.

    Functionalism mempertanyakan mengapa “perilaku dan proses mental tertentu” terjadi di situasi-situasi khusus.
    Pengaruh functionalism sangat terasa sampai hari ini.Structuralism muncul dan hilang, tetapi psikolog modern pada umumnya adalah functionalists di dalam hati.

  4. Psychophysics – Gustav Theodor Frechner (1860)
    Aliran ini memberikan penjelasan matematis mengenai hubungan antara “kondisi fisik yang sebenarnya” dengan “apa yang dipersepsikan orang” berdasarkan stimulus yang diterima panca inderanya.
    Contohnya : “terang” lampu yang dua kali lipat lebih terang dari sebelumnya, mungkin tidak dipersepsikan sebagai dua kali lipat lebih terang oleh orang-orang yang berada di ruangan tersebut.
  5. Comparative psychologists – Darwin (1859, 1871)
    Aliran ini mempelajari intelegensia bermacam-macam binatang dengan memperhatikan ciri-ciri dasar yang dimiliki oleh setiap binatang, serta perilaku mereka. Metode experimen yang digunakan adalah :

    • The delayed-response problem – binatang melihat atau mendengar sinyal yang menandakan bahwa ia akan mendapat makanan, tetapi setelah mendapat sinyal itu, si binatang dipaksa menunggu untuk melihat berapa lama ia dapat mengingat adanya sinyal itu.
    • The detour problem – binatang ditaruh berhadapan dengan makanan yang dipisahkan oleh pagar, untuk melihat apakah binatang tersebut mau berjalan memutar demi mendapatkan makanan tersebut.
    • Pattern recognition – melihat apakah binatang mampu mengenali pola-pola tertentu.

    Francis Galton, pengikut Darwin, berusaha mengembangkan tes intelegensia tapi gagal. Namun, Alfred Binet, atas permintaan pemerintahan Perancis (1905), membuat tes tersebut untuk mengidentifikasi para siswa di sekolah negeri yang memerlukan perhatian khusus. Tes ini menjadi kerangka awal bagi pengembangan banyak tes IQ dan tes-tes lain yang sejenisnya. Pertanyaannya adalah : “Benarkah tes-tes ini dapat memberikan gambaran yang menyeluruh tentang intelegensia seseorang seperti yang diharapkan?”

  6. Psychoanalytic Theory – Sigmund Freud (1856 – 1939)
    Sigmund Freud dan pengikutnya menekankan pengaruh “alam bawah sadar” dan “alam tidak sadar” terhadap perilaku seseorang.
    Menurut Freud, kedua alam itu mayoritas dikendalikan oleh dorongan sex dan agresi, yang berusaha ditekan agar tidak muncul ke “alam sadar”. Freud juga mengembangkan analisis mimpi.

    Teori Freud sulit dibuktikan kebenarannya secara ilmiah, namun metodenya tetap banyak dipakai untuk menyelesaikan kasus-kasus penyimpangan perilaku.
    Bahkan sampai hari ini, teori Freud dapat kita baca dan temukan bukan hanya dalam buku-buku psikologi.

  7. Behaviorism – John B. Watson (1878 – 1958)
    Ide utama : perilaku kita dapat dipelajari, diamati, dan diukur.
    Behaviorism fokus pada perilaku yang bisa diukur dan bukan pada proses mental (structuralism).
    John B. Watson menggunakan tikus pada eksperimennya dan menemukan kesimpulan yang sama dengan Pavlov. Penelitian Watson juga selaras dengan penemuan John Locke tentang “blank slate” atau tabula rasa.
  8. Edward Thorndike (1874–1949), penganut behaviorism, sangat tertarik pada efek konsekuensi pada perilaku seseorang. Ia mencetuskan “law of effect”, yang menyatakan bahwa perilaku yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan, kemungkinan besar perilaku tersebut akan diulang lagi. Sebaliknya, perilaku yang diikuti dengan konsekuensi yang kurang menyenangkan, kemungkinan kecil perilaku tersebut akan diulang lagi.
  9. F. Skinner (1904 – 1990), seorang penganut behaviorism setelah Thorndike, tertarik untuk menghitung seberapa sering suatu perilaku tertentu dilakukan akibat efek dari konsekuensi.
  10. Humanistic Psychology – Abraham Maslow (1908 – 1970) and Carl Rogers (1902 – 1987)
    Ide utama : Setiap orang punya free will untuk hidup lebih kreatif, bermakna, dan memuaskan.

    Bukan fokus pada mencari kelainan atau kesalahan dalam perilaku manusia, Abraham Maslow justru tertarik mempertanyakan, “Apa yang dapat membuat manusia menjadi baik?”

    Maslow mencetuskan “theory of motivation”, yang puncaknya adalah tujuan dari aktualisasi diri, yaitu pengembangan bakat dan potensi.

    Carl Rogers mengembangkan pendekatan baru untuk terapi, yaitu “client-centered”. Para pasien tidak diperlakukan sebagai pasien, tetapi sebagai client.

    Aliran ini menjadi fondasi bagi pengembangan psikologi positif, suatu perspektif modern yang fokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi “happiness, well-being, altruism” dan karakteristik positif lainnya.

    Menurut pendapat saya, health psychology (membantu seseorang mengubah perilaku yang mempengaruhi kesehatannya), sport psychology (membantu atlit menetapkan goals, berlatih, dan fokus), dan psychology of aging (membantu orang-orang tua mengatasi kemunduran-kemunduran fisik, dll.) adalah hasil dari pengembangan di bidang humanistic psychology.

  11. The Gestalt Viewpoint – Max Wertheimer (1880 – 1941)
    Ide utama : Untuk memahami consciousness, kita perlu memandangnya secara menyeluruh dan bukan hanya komponen-komponen kecil dari setiap bagiannya.
  12. Cognitive Psychology – Ulric Neisser (1928 – 2012)
    Ide utama : bagaimana otak kita memproses informasi, mempengaruhi bagaimana kita bertingkah laku.

    Kemajuan teknologi komputer membuka jalan bagi “cognitive psychologists” untuk menggunakan model matematika dan komputer guna menjelaskan proses mental yang menghasilkan perilaku teramati.

    Aliran ini membahas mengenai “proses mental internal” yang dihindari oleh kaum behaviorist, seperti “information processing, thinking, reasoning, and problem solving” yang terlihat seperti metode introspeksi dari aliran structuralism.

    Alan Newell (1927 – 1992) and Herbert Simon (1916 – 2001) meletakkan fondasi bagi program “artificial intelligence[1]” dengan mencontoh model “proses informasi pada manusia”.

    Menurut saya, neuroscience (yang meneliti activitas otak) dan evoutionary psychology adalah hasil dari pengembangan di bidang cognitive psychology.

  13. Contemporary Psychology
    Psikologi modern berusaha melihat dari berbagai perspektif (eclectic or integrated approach), antara lain : biological psychology, evolutionary psychology, cognitive psychology, psychodynamic perspective, behavioral perspective, sociocultural psychology (social psychology), humanistic perspective, positive psychology.
Terima kasih Mas Adi.
Sumber: James W. Kalat. (2014). Introduction to Psychology. USA: Wadsworth Cengage Learning.

 

[1] Sistem komputer yang mampu menggantikan tugas-tugas manusia yang membutuhkan intelengensia, seperti mempersepsikan apa yang terlihat, mengenali suara, mengambil keputusan, dan menerjemahkan bahasa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *