7 CARA JITU KAMPANYE

Cara 1: Argumentum ad hominem.
Dramatisasi apa saja yang bisa membuat orang lain tidak senang terhadap si A (untuk menjatuhkan).
Manfaatkan juga sentimen suku dan sentimen agama.

Cara 2: Argumentum ad verecundiam.
Cari sesuatu yang hebat tentang si A (untuk meninggikan derajat).
Contoh:
Ayah si A adalah tokoh agama, atau si A baru saja mencetak gol di persija, dll.

Cara 3: Argumentum ad Baculum.
Gunakan ancaman atau efek-efek mengerikan.
Contoh:
“Kalian akan kena karma, tsunami, gempa bumi, longsor, jika ….”
Atau “Keluarga kalian akan punah, jika ….”

Cara 4: Argumentum ad Populum.
Gunakan perkataan yang menyenangkan massa, atau perkataan yang menarik simpati.
Masalah benar dan salah adalah urusan kedua, yang perlu ditonjolkan di sini adalah perasaan senang guna mendapatkan dukungan.
Contoh:
“Saya jamin kalian semua pasti kaya, asalkan ….”

Cara 5: Argumentum ad Numeram (Bandwagon)
Manfaatkan “ketidaktahuan“, baik ketidaktahuan tentang kesalahan atau ketidaktauan tentang kebenaran.
Contoh:
“Aku saja yang penduduk DKI tidak bisa pakai BPJS, apalagi kamu yang penduduk Lampung. Semua keperluan iuran BPJS itu dipakai untuk keperluan pembangunan infrastruktur.” Ini adalah contoh kalimat yang memanfaatkan ketidaktahuan orang tentang bagaimana prosedur pemakaian “BPJS”, dan apa itu “infrastruktur”.

Cara 6: Argumentum ad Misericordiam
Ciptakan efek kasihan.
Bangkitnya rasa kasihan membuat orang tidak lagi memedulikan kebenaran atau kesahihan.
Contoh:
Playing victim dengan menyebarkan foto pernikahan yang dirobek-robek penyusup tanpa alasan yang jelas, sehingga banyak teman bersimpati dan memberi perhatian.

Cara 7: Argumentum ad Ignorantiam
Manfaatkan “ketidaktahuan“, baik ketidaktahuan tentang kesalahan atau ketidaktauan tentang kebenaran.
Contoh:
“Kalau ga tes DNA, berarti ia memang PKI.” Ini adalah contoh kalimat yang memanfaatkan ketidaktahuan orang tentang apa itu “PKI”, dan apa itu “DNA”.

Cara-cara di atas disebut fallacia atau membuat orang berpikir keliru tanpa sadar. Kata lainnya adalah pembodohan.

Terima kasih Pak Sihol.
Sumber: Kasdin Sihotang. (2018). Berpikir Kristis – Kecakapan Hidup di Era Digital. Jogyakarta: PT Kanisius, hlm. 202-208.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *