ARCHETYPE

Berbeda dengan Freud, menurut Carl Jung, Ego tidak berkaitan dengan area unconscious. Ego adalah pusat dari kesadaran (consciousness), tapi Ego bukan inti dari kepribadian (core of personality).
Ego juga bukan keseluruhan personality, tapi masih harus ditambah dengan self yang lebih lengkap dan menyeluruh, yang sebagian besar berada dalam area unconscious.

Area unconscious terbagi menjadi dua, yaitu personal unconscious dan collective unconscious.
Personal unconscious meliputi semua pengalaman pribadi sebelumnya, yang di-repress, dilupakan, atau digantikan dengan pengalaman lain yang lebih bisa diterima.

Collective unconscious meliputi pengalaman-pengalaman yang kita warisi dari para nenek moyang, tetapi tidak meliputi ide-ide. Pengalaman yang dimaksud lebih merupakan kecenderungan kita merespon stimulus tertentu. Setiap kali muncul situasi tertentu, kita cenderung merespon dengan cara tertentu pula.
Semua pengalaman itu bukan mati suri, tetapi justru aktif mempengaruhi pemikiran, emosi, dan tindakan seseorang.

Collective unconscious inilah yang menghasilkan banyak mitos, legenda, dan keyakinan-keyakinan, serta mimpi-mimpi yang sulit dimengerti si pemimpi.

Seberapa banyak kecenderungan-kecenderungan itu ada di dalam diri kita?
Karena telah terjadi pengulangan dari generasi ke generasi, maka semua itu telah menjadi konstitusi (kadar) biologis kita, dan muncul secara otonom, yang disebut dengan archetypes.

Archetypes ada banyak sekali, tetapi hanya beberapa yang bisa dikonsepkan, antara lain:

  1. Persona
    Persona adalah bagian dari kepribadian yang ingin kita tunjukkan kepada dunia. Namun, kita perlu hati-hati agar tidak mengindentifikasi diri kita terlalu dekat dengan persona atau terlalu menjunjung tinggi “persona” kita.
    Jika kita mengidentifikasi diri terlalu dekat dengan “persona”, jalan kita untuk mencapai “self-realization” akan terhalang.
    Jika kita terlalu menjunjung tinggi “persona”, maka kita tidak lagi dapat bersentuhan dengan jati diri kita, dan kita terus-menerus melakukan apa yang diharapkan masyarakat dari kita. Kita akan jadi boneka puppet-nya masyarakat.
    Jika kita terlalu meremehkan “persona”, berarti kita tidak tidak menghargai masyarakat.
  2. Shadow
    Shadow adalah sisi gelap atau sisi yang memalukan dari diri kita, yang tidak ingin kita akui, malah ingin kita sembunyikan. Shadow bisa merupakan hal yang bertentangan dengan moral, bisa juga hal yang merusak, atau kekurangan dan kelebihan yang memalukan bagi kita.Untuk mencapai “self-realization” kita perlu berani mengakui shadow kita, agar kita tidak jatuh di bawah pengaruhnya, tidak terus-menerus lari dari kenyataan, dan tidak tawar hati.
  3. Anima dan animus
    Anima adalah sisi feminin dalam diri laki-laki.
    Animus adalah sisi maskulin dalam diri perempuan.
    Setiap manusia, secara psikologis, punya sisi maskulin dan sisi feminin.
    Seorang laki-laki diharapkan kuat, tetapi sebenarnya mereka juga punya sisi yang lembut dan halus. Demikian juga dengan seorang perempuan.
  4. Great mother
    Great mother mewakili 2 kekuatan, yaitu subur, berkembang biak, dan merawat di satu sisi, sedangkan di sisi lain perkasa dan merusak. Itulah sebabnya banyak sekali muncul cerita tentang nenek sihir, ibu tiri, Moana, dsj.
  5. Wise old man
    Wise old man biasanya dipersonifikasi sebagai ayah, kakek, guru, filsuf, dokter, pendeta. Dimunculkan dalam cerita-cerita sebagai raja, master kungfu, tukang sulap, yang dapat menyelesaikan banyak masalah, melalui kebijaksanaannya.
  6. Hero
    Hero mewakili seseorang yang kuat, yang setengah dewa, dan dapat mengalahkan kelaliman dalam bentuk naga, monster, ular, Iblis, dsj.
  7. Self
    Self adalah archetype-nya archetype. Setiap manusia mewarisi dan memiliki kecenderungan untuk maju, bertumbuh, sempurna, lengkap, yang adalah sifat bawaan, yaitu self.Self menyatukan semua archetypes ke dalam proses untuk mewujudkan self-realization. Disimbolkan dengan mandala, yang terlihat dalam gambar sebagai berikut:

    Self adalah perpaduan alam sadar (conscious) dan alam tidak sadar (unconscious); maskulin dan feminin; baik dan jahat; terang dan gelap. Ketika semuanya sudah menyatu, lengkap, dan teratur, maka terciptalah self-realization. Hal ini jarang tercapai atau bahkan tidak pernah, namun sebagai sebagai yang ideal, dia ada di dalam collective unconscious setiap orang.
Terima kasih Mba Wieka dan Mba Aya.
Sumber: Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T.-A. (2013). Theories of Personality. New York: McGrow-Hill Education.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *