ID, EGO, SUPEREGO

Sigmund Freud membagi level kesadaran (levels of mental-life) menjadi 3: unconscious, preconscious, conscious, sedangkan struktur mental (province of the mind) ada 3: Id, Ego, Superego.

Id

  1. Bekerja dengan pleasure prinsiple.
    Tujuannya adalah mencari kesenangan dengan membabi buta, walaupun tidak realistis.
    Bayi adalah contoh yang paling cocok, karena bayi belum dibatasi oleh Ego dan Superego.
    Bayi ingin kebutuhannya segera dipenuhi tanpa peduli apakah itu mungkin (tuntutan Ego), dan apakah itu tepat (pembatasan dari Superego).
  2. Tidak logis (illogical).
    Di saat yang bersamaan, ia bisa melakukan hal yang sangat berlawanan. Misal: seorang anak, di saat yang bersamaan, bisa menunjukkan sikap penuh kasih sayang kepada ortunya, dan sikap ingin memusnahkannya.
  3. Tidak mengenal moral (amoral bukan immoral)
    Id tidak membedakan atau mempertimbangkan manakah yang baik dan manakah yang jahat.
  4. Primitif, tidak bisa diubah, membingungkan, sangat tidak teratur, seenaknya sendiri.

EGO

  1. Bekerja dengan reality principle.
  2. Satu-satunya area yang berhubungan dengan dunia nyata.
  3. Berperan sebagai pengambil keputusan.
  4. Menghadapi, melayani, dan menyeimbangkan keinginan dari:
    • 2 tyrants, yaitu Id dan Superego yang tuntutannya membabi buta dan tidak masuk akal.
    • Dunia nyata yang tuntutannya realistis.
  5. Menggunakan repression dan defense mechanisms untuk mengurangi kegelisahan yang ditimbulkan oleh 3 majikannya di atas (Id, Superego, dunia nyata).
    Catatan: defense mechanisms (mekanisme pertahanan) akan dibahas di artikel lain.
  6. Berbeda dengan Id yang tidak berubah, Ego terus berkembang dan mengembangkan strategi-strategi untuk menghadapi para majikannya.

SUPEREGO

  1. Bekerja dengan prinsip moralistis dan idealistis. Tidak peduli dengan kebahagiaan Ego, karena lebih mementingkan kesempurnaan yang membabi buta dan tidak realistis.
    Tidak realistis karena tidak mempertimbangkan kemungkinan dan kesulitan yang dihadapi Ego.
  2. Tidak punya energi dari dirinya sendiri, sama seperti Ego.
  3. Tidak bisa kontak dengan dunia nyata.
  4. Punya 2 subsistem:
    • Hati nurani (conscience)
      Hati nurani lebih fokus pada mana yang TIDAK BOLEH dan jika gagal akan merasa bersalah (guilt)
    • Ego-ideal
      Ego-ideal lebih fokus pada mana yang SEHARUSNYA dan jika gagal akan merasa minder (feeling of inferiority)

Pada orang sehat secara psikologis, Ego-nya berkembang dan mampu mengendalikan, serta menyeimbangkan tuntutan dari Id dan Superego.
Jika Superego dominan, maka orang akan dikontrol perasaan bersalah dan minder terus-menerus. Jika Id dominan, maka orang akan dikontrol oleh keinginan dan nafsu.

UNCONSCIOUS AREA

Id menduduki wilayah terbesar di area unconscious, dibandingkan dengan Superego dan Ego.
Namun, Id tidak bisa menembus area preconscious dan conscious.
Superego bisa berada di area unconscious dan preconscious.
Ego bisa berada di ketiga area tersebut.

Lalu apa saja yang ada di area unconscious ini?

  1. Dorongan/keinginan, gairah, instincts yang jauh di luar kesadaran kita. Namun, semua itu kita tekan, agar tidak menimbulkan masalah (mendapatkan hukuman, dikecam, dsj.)Kita mungkin saja melakukan hal-hal yang sangat memalukan, sehingga mendapatkan kecaman atau hukuman. Ketika keinginan untuk melakukan hal-hal yang memalukan itu muncul lagi, maka dengan cepat kita tekan. Tindakan ini namanya suppression. Namun, suppression menimbulkan banyak kegelisahan, karena risiko untuk muncul lagi sangat tinggi. Itulah sebabnya, kita cenderung melakukan repression, yaitu menekannya jauh-jauh ke area unconscious demi mengurangi kegelisahan.Semua yang berada di area unconscious ini tidak boleh muncul ke area conscious (ada sensor ketat), karena sangat memalukan.

    Namun, semua hal yang ditekan, bisa muncul juga dalam bentuk mimpi, slip of the tounge (salah ucap/kepleset lidah), hal-hal yang rasanya pernah ada tapi lupa (repression).

    Hal-hal yang memalukan itu bisa lolos sensor (ke area preconscious, lalu ke area conscious), HANYA dengan jalan MENYAMAR, atau mengubah penampilan menjadi lebih baik, sehingga terlihat cukup baik, tidak terlalu memalukan, tidak mengancam, dan tidak menimbulkan kegelisahan yang lebih besar.

  2. Phylogenetic endowment, yaitu hal-hal yang kita warisi dari nenek moyang kita, mungkin dari beratus-ratus generasi, yang terus diulang-ulang.Konsep ini mirip dengan konsep Carl Jung, yaitu collective unconscious. Perbedaan utamanya hanya pada penekanan mengenai pentingnya hal tersebut. Jung memandangnya sebagai yang sangat penting, sedangkan Freud memandangnya sebagai jawaban terakhir jika tidak ditemukan alasan lain untuk suatu masalah yang timbul.
Terima kasih Mba Wieka dan Mba Aya.
Sumber: Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T.-A. (2013). Theories of Personality. New York: McGrow-Hill Education.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *